Wednesday, January 2, 2013

Kiat Konsisten Melaksanakan Resolusi Tahun Baru

Pada momen tahun baru ini, Anda tentu membuat target-target atau resolusi. Mungkin Anda bertekad meningkatkan kemampuan tertentu atau melakukan suatu hal. Untuk mewujudkannya, yang dibutuhkan adalah konsistensi. Sebab sikap konsisten dapat melancarkan langkah-langkah Anda. Sayang, biasanya konsistensi hanya bertahan di awal.

Lantas bagaimana cara menjaga konsistensi? Pada kesempatan kali ini saya akan membahas satu kiat efektif.

Dalam situasi apakah Anda terus berlari? Saat dikejar anjing. Sebab tak ada pilihan kecuali berlari—kecuali Anda ingin digigit. Begitu pula dengan melaksanakan resolusi tahun baru. Supaya konsisten, Anda harus memposisikan diri sebagai pihak yang dikejar. Siapa pihak yang mengejar? Bisa siapa saja atau apa saja.

Anda yang masih muda bisa membayangkan dikejar oleh waktu. Sebab untuk meraih kesuksesan sebanyak mungkin, Anda harus mulai sukses sedini mungkin. Sedangkan apabila ingin lebih dekat dengan Tuhan, bayangkanlah Anda dikejar oleh manusia. Sebab cara mendekatkan diri dengan diri dengan Tuhan adalah terlebih dahulu mendekatkan diri pada manusia.

Bayangkanlah dengan jelas tekanan saat Anda dikejar dan rasa takut apabila tertangkap. Ulanglah bayangan tersebut hingga Anda merasa tak ada pilihan kecuali tetap berlari—atau dalam kasus ini, tetap berusaha. Dijamin Anda akan konsisten dalam melaksanakan resolusi tahun baru.

Cara ini memang agak memaksakan diri, tetapi apa lagi yang bisa dilakukan untuk menghapus rasa malas? Kalau menunggu sampai mood baik atau sampai kondisinya pas, Anda malah tak akan melakukan apa-apa. Sebab sesungguhnya tak ada waktu yang paling tepat untuk melaksanakan segala sesuatu. Maka bertindaklah. Sekarang!

Friday, December 14, 2012

Mewaspadai Pembohong dan Penipu

Di tengah tuntutan moral, ada saja orang-orang yang membelot. Pembohong dan penipu adalah contohnya. Keduanya berbahaya untuk Anda. Bagaimana cara mewaspadainya? Sebelumnya, saya akan memberikan penjelasan mengenai pembohong dan penipu.

Pembohong bagaikan singa. Ia berbahaya, tetapi cenderung bermain “kasar” sehingga mudah ditebak. Pembohong biasanya akan menempatkan Anda pada situasi yang tidak nyaman supaya Anda tidak sempat berpikir logis. Pembohong hanya ingin mendapat keuntungan instan sehingga biasanya ia tidak menjaga perasaan Anda.

Penipu bagaikan ular. Ia lebih berbahaya daripada pembohong karena cenderung bermain “halus” sehingga kewaspadaan korban berkurang, tahu-tahu saja ia sudah diserang. Menipu adalah pekerjaan jangka panjang. Seorang penipu mau repot-repot mengakrabkan diri dengan korbannya supaya ia mendapat kepercayaan. Itulah gawatnya—kalau korban sudah percaya pada penipu, ia tak akan sadar pada identitas asli si penipu walaupun sudah ditipu berkali-kali.

Nah, bagaimana cara mewaspadainya?

Menghadapi pembohong, Anda hanya perlu berpikir logis dan jangan terbawa situasi. Karena biasanya tidak direncanakan dengan baik, kebohongan memiliki banyak celah—kata-kata yang tidak logis, kurangnya kelengkapan pendukung kebohongan, dan sikap si pembohong yang janggal. Favorit saya adalah yang terakhir. Manusia memiliki beberapa kebiasaan saat berbohong: mata melihat ke kanan atas, memegang wajah, bernapas lebih cepat, mengetuk-ngetukkan kaki dan sebagainya. Anda tinggal mengeceknya.

Sedangkan cara untuk mewaspadai penipu… dengarkan kata-kata orang di sekitar Anda! Penipu biasanya sangat lihai berpura-pura menjadi teman Anda sehingga Anda tidak merasakan ancaman apa pun. Anda akan dibuatnya terlena. Oleh karena itu, apabila ada orang—terutama yang dekat dengan Anda—memberi peringatan mengenai seseorang yang Anda rasa sangatlah-bukan-penipu, jangan langsung mengabaikannya. Coba cek kebenarannya terlebih dulu.

Hidup ini tak seaman yang Anda kira. Terhadap siapapun yang Anda hadapi, sebaiknya pasanglah mata, telinga, dan terutama feeling Anda.

Pilih Jadi Ekor Naga atau Kepala Cacing?

Kadangkala dalam tes wawancara Anda menjumpai pertanyaan, “Pilih jadi ekor naga atau kepala cacing?” Anda tentu ingin memberikan jawaban terbaik, begitu pula saya.

Menjadi ekor naga, berarti Anda adalah orang yang dipimpin. Anda hanya bawahan, tetapi tak sekadar bawahan—Anda naga. Sebagai contoh, Anda adalah pegawai dengan posisi rendah di suatu perusahaan ternama. Posisi Anda memang rendah dan mungkin Anda tak “terlihat”. Namun Anda berada di perusahaan ternama; Anda bisa belajar banyak dan diuntungkan oleh segala fasilitas di sana.

Menjadi kepala cacing, berarti Anda adalah pemimpin. Namun Anda hanya cacing; tak banyak yang bisa diperbuat oleh cacing. Sebagai contoh, Anda adalah pimpinan sebuah perusahaan kecil. Anda tak memperoleh banyak fasilitas. Namun Anda bisa berbuat sekehendak hati; Anda bebas, tak ada yang memerintah.

Jadi, mana yang lebih baik? Menjadi ekor naga? Menjadi kepala cacing? Kesimpulan saya, tak ada yang lebih baik. Dua-duanya sama baik… tergantung pada letak kekuatan setiap orang.

Dua Jurus Hidup Tenang dengan Mengendalikan Pikiran

Saya sering dikira tidak punya masalah. Kata orang-orang, saya selalu terlihat tenang, santai dan damai. Padahal saya juga punya masalah—siapa sih yang tidak punya? Saya hanya lebih tenang saja dalam menghadapinya. Dengan ketenangan, baik masalah maupun situasi-situasi sulit lainnya dapat Anda atasi dengan mudah.

Berikut ini adalah jurus-jurus hidup tenang yang selama ini saya praktikkan dan berhasil. Hanya dua saja, mudah sekali:

1. Sederhanakan pikiran Anda
Biasanya keruwetan hidup seseorang justru ia ciptakan sendiri dari pikirannya. Berpikir terlalu banyak dan terlampau jauh adalah sumber dari ketidaktenangan Anda. Padahal sebagian besar masalah dapat diselesaikan dengan berpikir sederhana.

Contohnya, sebentar lagi saya akan menghadapi UN (Ujian Nasional). Saya bertekad mendapat nilai sebaik mungkin. Untuk mencapainya, saya harus melakukan banyak hal. Saya pun membuat daftarnya:
  1. Selalu memerhatikan penjelasan guru
  2. Selalu mengerjakan PR
  3. Belajar minimal satu pelajaran tiap malam
  4. Bangun pagi lebih awal untuk belajar tambahan,
dan seterusnya. Daftar itu terdiri dari 20 hal yang harus saya lakukan supaya sukses UN. Banyak sekali. Sungguh membebani. Maka saya pun menyederhanakan 20 hal itu menjadi satu hal saja: untuk sukses UN, saya harus bisa mengalahkan kemalasan saya. Mengapa kemalasan? Menurut saya, jika bisa mengalahkan rasa malas, saya bisa mengalahkan apa pun—termasuk UN.

Maka alih-alih mengulang daftar 20 hal tadi di pikiran saya dan merasa terbebani karenanya, saya memilih untuk mengulang-ulang satu kalimat ajaib itu saja—untuk sukses UN, saya harus bisa mengalahkan kemalasan saya. Hanya satu kalimat. Satu tugas. Target saya pun seolah tidak terlalu sulit dicapai sehingga saya lebih optimis. Namun tentu saja daftar 20 hal tadi harus tetap saya baca. Tidak sering-sering, seminggu sekali sudah cukup supaya saya tidak lupa arah.

Contoh lain, mungkin Anda adalah seorang atlet lompat jauh. Anda sangat ingin mengalahkan seorang saingan, tetapi ia jauh lebih hebat dari Anda. Bagaimana supaya Anda bisa mengalahkannya? Sederhana saja, Anda hanya perlu jadi lebih hebat dari dia.

Segala kerumitan berawal dari kesederhanaan. Berpikirlah sederhana, maka Anda akan menemukan inti. Fokuslah hanya pada inti, maka kecemasan dan perasaan was-was Anda akan berkurang.

2. Tak usah pikirkan yang tak perlu
Yang saya maksud adalah pendapat orang lain mengenai Anda. Pendapat orang lain memang penting, tetapi Anda tak perlu memikirkan semuanya. Saya membagi pendapat orang lain menjadi dua kategori:

Kategori pertama, pendapat remeh-temeh orang lain terhadap Anda. Yang termasuk kategori ini adalah pendapat orang lain terhadap penampilan dan tingkah laku Anda yang tidak terlalu penting. Contohnya, Anda baru saja potong rambut dan puas dengan hasilnya. Namun seorang teman Anda berkomentar, “Potongan rambut barumu jelek.” Anda tidak perlu memasukkannya ke hati. Biarkan saja. Selera dan pemikiran setiap orang kan berbeda.

Kategori kedua, pendapat mendalam orang lain terhadap Anda. Pendapat-pendapat ini menjurus pada hal-hal yang penting untuk Anda, misalnya masa depan. Untuk kategori ini Anda hanya perlu mendengarkan pendapat tiga golongan: orang yang dekat dengan Anda (keluarga, sahabat, teman dekat, pacar), orang yang bijaksana (karena mereka memiliki pandangan luas dan objektif), dan orang yang ahli di bidang masalah Anda.

Mengapa di kategori ini yang perlu Anda dengarkan hanya tiga golongan? Karena mereka benar-benar mengerti. Contohnya, suatu hari ada seorang anak yang terpergok mencuri. Orang-orang yang tidak terlalu mengenalnya pasti hanya sok tahu, berkomentar buruk mengenai perbuatannya dan membuat hidupnya sengsara. Sedangkan orang yang dekat dengannya, karena mengenal anak itu luar-dalam, tahu bahwa anak itu mencuri karena stres akibat orang tuanya sering bertengkar. Orang itu pun membantu si anak mengatasi masalahnya.

Nah. Kunci dari ketenangan hidup adalah pikiran yang dikontrol dengan baik. Ingat, sederhanakan pikiran Anda dan tak usah memikirkan yang tak perlu!